Kunci utama untuk menguasai public speaking bukanlah pada teknik olah vokal, pernapasan, atau gerakan tubuh, melainkan pada aspek psikologis yang mendominasi hingga 80% dari keseluruhan keterampilan. Menurut Pandji Pragiwaksono, masalah utama yang menghambat seseorang di atas panggung adalah ketakutan akan penolakan (the fear of rejection). Ketakutan ini hanya dapat diatasi dengan mengenali dan percaya pada diri sendiri (personal brand).
Kenali Personal Brand Anda untuk Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri
Rasa tidak percaya diri (insecurity) dalam public speaking sebenarnya adalah akibat dari tidak mengenal diri sendiri. Sama seperti tidak percaya pada orang lain karena tidak mengenalnya, seseorang akan merasa tidak nyaman berbicara di depan umum jika ia tidak memahami "brand" personalnya.
Pentingnya Personal Branding: Personal branding adalah upaya sadar untuk memberitahukan kepada dunia tentang siapa diri kita, agar kita mendapatkan peluang yang diinginkan. Setiap interaksi dan pilihan (mulai dari pakaian hingga gaya bicara) adalah aktivitas branding yang membentuk persepsi orang lain.
Melawan Asumsi Negatif: Saat seseorang naik panggung, penonton secara alamiah akan menilai (50% dari fisik) dan mengisi sisanya dengan asumsi (50%). Tugas pembicara adalah mematahkan asumsi negatif di awal. Contoh, jika Anda dinilai membosankan, gunakan slide atau pembukaan yang lucu untuk mematahkan asumsi tersebut.
Gaya Bicara Unik: Tidak semua orang harus meniru gaya bicara public speaker hebat seperti Barack Obama atau idola lainnya. Semua orang bisa berbicara. Tantangannya adalah menemukan gaya berbicara sendiri (what is your way of speaking) dan merasa percaya diri dengan gaya tersebut, meskipun itu unik, gagap, atau bahkan "ketus".
Empat Kunci Komunikasi Berdasarkan Segmen Audiens
Untuk menyampaikan pesan secara efektif, pembicara harus menyesuaikan gaya komunikasi dengan empat jenis audiens:
Anak-Anak: Jadilah otentik (be genuine). Anak-anak memiliki insting tajam dan dapat merasakan jika Anda tidak menyukai mereka.
Remaja: Jadilah bagian dari mereka (be a part of them). Remaja bersifat komunal. Carilah informasi spesifik tentang kondisi mereka (siapa yang baru jadian, guru rese, nama kantin) dan tunjukkan Anda adalah bagian dari komunitas mereka agar mereka tertarik.
Orang Dewasa: Jadilah masuk akal (be reasonable). Mereka hanya perlu tahu alasan mereka harus mendengarkan Anda. Setelah itu, mereka akan menyimak.
Bapak-Bapak: Jadilah rendah hati (be humble). Laki-laki sangat peduli pada rasa hormat. Gunakan kata-kata seperti "izin" dan "mohon maaf" untuk mendapatkan respek mereka di awal presentasi.Ibu-ibu, di sisi lain, cenderung suportif dan mudah bersimpati.
Menjaga Ketenangan di Atas Panggung: Mencari Hotspot dan Mascot
Saat grogi, seseorang cenderung terdistraksi oleh penonton yang tidak responsif (misalnya yang menguap atau bermain ponsel). Ketenangan dapat dijaga dengan mengidentifikasi dua jenis audiens:
Hotspot: Adalah sekelompok orang yang masih responsif dan antusias di awal presentasi. Fokuskan energi Anda pada hotspot ini untuk menenangkan diri. Energi grogi bersifat menular, dan energi nyaman juga menular.
Mascot: Adalah hotspot yang paling aktif dan paling enak untuk diajak berinteraksi (tektokan). Gunakan mascot sebagai teman bicara saat Anda kehilangan konsentrasi atau membutuhkan respons cepat untuk menghidupkan suasana kembali.
Pada akhirnya, public speaking adalah keterampilan yang dapat dikuasai oleh siapa saja—termasuk orang gagap, introvert, atau yang memiliki keterbatasan fisik—asalkan berani memulai dan menemukan cara bicara yang paling jujur dari dalam diri sendiri.
Posting Komentar