Mencipta Realitas Sendiri: Sains Mengejutkan di Balik Otak dan "Halusinasi Terkontrol"


Kesadaran adalah konsep sentral yang mendefinisikan keberadaan manusia, namun ia tetap menjadi salah satu misteri terbesar sains. Fenomena anestesi (bius total) menunjukkan betapa rapuhnya kesadaran; saat di bawah pengaruh bius, yang ada hanyalah "kehampaan total" (total oblivion) yang berbeda dengan tidur nyenyak. Realitas yang kita alami sesungguhnya bukanlah gambaran objektif langsung dari dunia luar, melainkan pengalaman subjektif yang unik bagi setiap individu.

Otak Kita adalah Mesin "Halusinasi Terkontrol"

Ilmuwan saraf, Anil Seth, menjelaskan bahwa segala sesuatu yang kita alami—mulai dari melihat warna, merasakan emosi, hingga memiliki kesadaran diri—adalah bentuk "Halusinasi Terkontrol" (Controlled Hallucination).

  • Tantangan Otak: Otak kita terkunci di dalam tempurung tengkorak yang gelap dan sunyi, dan satu-satunya informasi yang ia terima adalah sinyal listrik sensorik yang tidak berlabel dan tidak langsung berhubungan dengan dunia luar.

  • Prediksi Inside-Out: Untuk mencari tahu apa yang terjadi, otak harus mengambil kesimpulan terbaik (best guess) atau inferensi dengan terus-menerus membuat dan memperbarui prediksi tentang sinyal sensorik yang masuk.

  • Mencipta Realitas: Apa yang kita sadari dan alami adalah isi dari prediksi inside-out (dari dalam ke luar) ini, bukan pembacaan langsung dari dunia luar (outside-in readout).

Warna, Emosi, dan Proses yang Tidak Pernah Berhenti

Fenomena warna adalah contoh sempurna. Warna bukanlah sifat objektif yang ada di luar sana, melainkan fenomena yang diciptakan oleh otak dari irisan tipis radiasi elektromagnetik (panjang gelombang) yang ditangkap oleh mata.

Bahkan emosi pun bekerja dengan prinsip yang sama. Teori James-Lange menyatakan bahwa ketika kita melihat sesuatu yang mengancam (seperti beruang), tubuh kita segera bereaksi secara fisik (jantung berdebar, adrenalin naik). Otak kemudian mempersepsikan reaksi fisik tersebut, dan di dalam konteks ancaman yang ada, ia menyimpulkan dan menciptakan pengalaman emosi yang kita sebut rasa takut.

Bukan Komputer, Melainkan Organ Pengendali

Meskipun metafora "otak sebagai komputer" kuat, ilmuwan menemukan bahwa otak jauh lebih kompleks. Secara fundamental, otak adalah organ yang berevolusi dengan tujuan utama mengontrol, meregulasi, dan memandu tubuh. Tidak seperti komputer yang memisahkan perangkat keras dan perangkat lunak, otak dan tubuh bekerja secara terintegrasi.

Oleh karena itu, kesadaran diri (the self) bukanlah esensi tunggal yang tetap, melainkan proses berkelanjutan yang terus-menerus dibangun. Memahami bagaimana pikiran kita bekerja dan bagaimana otak aktif membentuk realitas adalah kunci untuk mengambil keputusan yang tepat di era teknologi yang semakin canggih, dan memastikan kita tetap menjadi pengemudi dalam kehidupan kita.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama