Bahaya RPP Sekadar "Sesajen": Ancaman Nyata 10 Juta Anak Muda Sulit Bersaing di Dunia Kerja

 


Perencanaan Pembelajaran (RPP) yang seharusnya menjadi peta jalan krusial untuk kegiatan di ruang kelas, kini sering kali dianggap sebatas dokumen administrasi belaka. Persepsi bahwa RPP hanyalah "sesajen" yang wajib dikumpulkan untuk atasan ini memunculkan kekhawatiran serius mengenai kualitas sumber daya manusia (SDM) di masa depan. Kegagalan memahami esensi RPP sebagai alat perencanaan proses belajar ini secara kumulatif telah memberikan dampak nyata, terutama bagi generasi Z saat ini.

Masalah utama berakar pada proses belajar yang berfokus pada penghabisan materi ajar dan penghafalan, alih-alih pencapaian kompetensi. Banyak pendidik tidak memiliki rencana harian yang realistis, yang berujung pada pengajaran yang asal-asalan. Siswa akhirnya tidak diproses untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis atau inovatif. Mereka hanya diajarkan untuk menghafal konten dan berlatih soal tanpa benar-benar memahami tujuan kompetensi yang ingin dicapai.

Dampak langsung dari praktik pengajaran yang lemah ini terlihat jelas pada kondisi ketenagakerjaan generasi muda. Data menunjukkan kondisi mengkhawatirkan: 10 juta anak muda Indonesia berada dalam posisi tidak bersekolah dan tidak bekerja. Situasi ini diperparah dengan persaingan ketat di dunia kerja formal, di mana jutaan lulusan baru harus memperebutkan sedikit peluang yang tersedia. Asumsi lama bahwa perusahaan akan menyediakan pelatihan bagi lulusan sudah tidak relevan lagi, menuntut lulusan harus memiliki kompetensi yang matang sejak masa sekolah.

Untuk mengatasi kemelut ini, diperlukan perubahan pola pikir yang mendasar. Kurikulum harus dipandang secara holistik, di mana kompetensi—yang mencakup sikap, keterampilan, dan pengetahuan—menjadi tujuan utama, bukan sekadar materi. Penting juga bagi para pendidik untuk menghilangkan mentalitas "silo," yaitu merasa mata pelajaran atau jenjang pendidikan (SD, SMP, SMA) mereka berdiri sendiri. Kolaborasi antar guru adalah kunci agar pembelajaran terstruktur dan perkembangan anak dipandang sebagai proses berkesinambungan.

Salah satu solusi terpenting adalah mendekatkan dunia pendidikan dengan dunia industri. Pelatihan profesional guru seharusnya melibatkan mereka dalam lingkungan perusahaan swasta. Hal ini bertujuan agar para guru memahami tantangan dan kebutuhan nyata yang akan dihadapi oleh peserta didik mereka kelak. RPP yang sejati adalah alat perencanaan untuk memproses anak agar mampu berpikir kritis dan menyelesaikan masalah, bukan sekadar tumpukan kertas administrasi yang dicetak. Ini adalah panggilan untuk semua pemangku kepentingan agar kembali menjadikan kualitas proses belajar sebagai prioritas tertinggi.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama