Bertahan Hidup dengan Jatah Perang: Benarkah Lebih Sehat dari Diet Kita Hari Ini?


Bayangkan diet Anda hanya dibatasi pada satu butir telur dan segenggam gula per minggu, ditambah kurang dari setengah konsumsi daging, ikan, dan buah rata-rata Anda saat ini.

Inilah diet ekstrem yang diuji coba oleh dua ahli gizi Inggris menjelang Perang Dunia Kedua untuk memastikan bahwa populasi Inggris dapat tetap sehat jika impor makanan terputus total oleh serangan U-boat Jerman. Kisah yang diceritakan oleh BBC Ideas ini mengungkap bagaimana penjatahan masa perang—meski sangat sulit—justru menghasilkan diet yang, secara kontroversial, lebih sehat daripada rata-rata diet kita saat ini.


Eksperimen Gizi Ekstrem: Makanan yang Boleh Dikonsumsi

Pada akhir tahun 1930-an, Inggris mengimpor 70% makanannya. Karena takut akan pemutusan total pasokan, ahli gizi Elsie Widdowson dan Robert McCance menyusun "jatah mingguan terburuk" yang mungkin terjadi, hanya menggunakan makanan yang diproduksi di Inggris.

Mereka menguji diet ini sendiri dengan menjalani rutinitas ketat bersepeda dan mendaki gunung di Lake District.

Jatah Mingguan yang Sangat Sedikit:

Bahan MakananJatah Per MingguPerbandingan dengan Konsumsi Pra-Perang
Gula140 gram (segenggam)Kurang dari 1/3 konsumsi rata-rata
Telur1 butirKurang dari 1/2 konsumsi rata-rata
Daging & Ikan450 gram (gabungan)Kurang dari 1/2 konsumsi rata-rata
Lemak113 gramKurang dari 1/3 konsumsi rata-rata
Keju113 gramKurang dari 1/3 konsumsi rata-rata
Buah170 gram (sekitar dua apel)Kurang dari 1/3 konsumsi rata-rata
SusuSekitar seperempat liter per hari
Sayuran & RotiTidak dibatasi (diproduksi di Inggris)

Temuan Para Pionir: Sehat Walau Menderita

Setelah eksperimen mereka, Widdowson dan McCance menyampaikan laporan kepada pemerintah yang mengonfirmasi bahwa kesehatan dan kebugaran dapat dipertahankan di bawah diet yang sangat ketat ini.

Meskipun diet ekstrem ini pada akhirnya tidak diperlukan karena impor yang cukup dari AS berhasil mencapai Inggris selama perang, temuan mereka sangat memengaruhi kebijakan pemerintah.

1. Pentingnya Fortifikasi Kalsium

Dalam studi lebih lanjut, mereka menyadari bahwa dengan penjatahan susu dan keju yang ketat, masyarakat tidak akan mendapatkan cukup kalsium, yang dapat menyebabkan penyakit tulang Rikets (Rickets).

Berdasarkan saran mereka pada tahun 1941, pemerintah memperkenalkan fortifikasi roti dengan kalsium (dalam bentuk bubuk kapur). Hal ini memastikan masyarakat mendapatkan mineral yang cukup meskipun ada pembatasan produk susu. Fortifikasi roti ini tetap menjadi standar di Inggris hingga hari ini.

2. Diet yang Lebih Rendah Lemak dan Gula

Meskipun diet penjatahan yang sebenarnya (sekitar 3.000 kalori per hari untuk orang dewasa normal) seringkali hambar dan memaksa rumah tangga untuk berkreasi dengan makanan seperti Wilton Pie (campuran ubi, lobak, dan kembang kol), secara keseluruhan diet tersebut memiliki manfaat yang mengejutkan.

Karena sebagian besar makanan impor tinggi lemak, gula, dan garam tidak tersedia, diet masa perang secara inheren lebih tinggi serat dan lebih rendah gula/garam daripada diet rata-rata pra-perang.


Diet Perang vs. Diet Modern

Kontras paling tajam muncul ketika membandingkan diet masa penjatahan dengan diet modern kita saat ini.

Meskipun penjatahan bukan pengalaman yang menyenangkan bagi warga Inggris, diet ekstrem yang diuji oleh McCance dan Widdowson, ironisnya, lebih sehat daripada rata-rata diet kita hari ini yang didominasi oleh makanan tinggi lemak, tinggi gula, dan tinggi garam.

Kisah penjatahan ini menunjukkan bagaimana keterbatasan sumber daya yang parah, yang dipandu oleh sains nutrisi yang cermat, memaksa suatu bangsa untuk mengonsumsi diet yang lebih seimbang secara alami, sehingga berhasil melewati krisis masa perang dalam kondisi fisik yang cukup baik.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama