Mengasuh di Era Digital: Pro dan Kontra Pengawasan Anak 📱
Pengasuhan digital (digital parenting), yang melibatkan penggunaan teknologi untuk memantau lokasi dan aktivitas daring anak, adalah eksperimen sosial besar yang dampaknya pada masa kanak-kanak dan remaja belum sepenuhnya diketahui. Di satu sisi, ini memberikan rasa aman yang instan bagi orang tua; di sisi lain, hal ini dapat mengganggu perkembangan kemandirian dan kepercayaan diri anak.
Video BBC Ideas ini mengeksplorasi ketegangan yang muncul saat teknologi pengawasan bertemu dengan keinginan anak untuk mandiri.
Sisi Positif: Keamanan dan Ketenangan Pikiran
Bagi banyak orang tua, aplikasi dan tracker adalah alat yang menawarkan kepastian di dunia yang terasa semakin berbahaya.
Jaminan Lokasi (Location Tracking): Kebanyakan anak muda, terutama remaja, cenderung lebih menerima pelacakan lokasi. Mereka memahami bahwa orang tua hanya ingin tahu di mana mereka berada dan memastikan mereka aman.
Contoh: Aplikasi "Find My Phone" memberikan ketenangan pikiran bagi orang tua dan rasa aman bagi anak karena mereka tahu ada yang mengawasi mereka jika terjadi sesuatu.
Zona Aman (Safe Zone): Beberapa aplikasi memungkinkan orang tua untuk menetapkan zona aman, memberikan notifikasi jika anak keluar dari area yang telah disepakati.
Sisi Negatif: Risiko terhadap Perkembangan dan Kepercayaan
Tantangan utama dari pengasuhan digital muncul ketika pengawasan beralih menjadi pembatasan perilaku (constraining digital behavior) melalui aplikasi kontrol orang tua.
1. Penghambatan Perkembangan Otonomi
Memicu Pemberontakan: Psikologi menunjukkan bahwa pada masa remaja, semakin membatasi orang tua, semakin besar kemungkinan anak muda untuk memberontak atau bereaksi terhadap batasan tersebut. Perilaku orang tua yang terlalu membatasi bisa menjadi kontraproduktif.
Kebutuhan untuk Mandiri: Remaja sangat ingin mandiri dan belajar membuat pilihan sendiri. Aplikasi kontrol yang membatasi pilihan mereka (misalnya, mematikan akses setelah waktu tertentu) tidak memberikan dukungan bagi anak untuk belajar membuat pilihan yang otonom.
2. Keterbatasan dan Keterputusan Sosial
Dampak Kehidupan Sosial: Beberapa remaja merasa disalahpahami oleh orang tua karena aplikasi kontrol membatasi akses mereka ke aplikasi sosial, yang merupakan bagian penting dari kehidupan sosial mereka dan bahkan, terkadang, kemampuan mereka untuk mengerjakan tugas sekolah.
Menciptakan Jalur Rahasia: Jika remaja yang kreatif merasa dikekang, mereka akan mencari cara untuk mengakali aturan tersebut (misalnya, membuat akun ganda/rahasia). Ironisnya, hal ini membuat mereka kurang aman daripada jika orang tua tidak menerapkan batasan sama sekali, karena tindakan mereka sekarang tersembunyi dari pengawasan orang tua.
3. Menggantikan Komunikasi
Orang tua sering memasang kontrol karena khawatir setelah membaca berita menakutkan tentang media sosial. Namun, ini dapat mencegah adanya percakapan terbuka dengan anak.
Inti Permasalahan: Regulasi Diri (Self-Regulation)
Tujuan ideal dalam pengasuhan adalah menjaga anak tetap aman sambil mengajari mereka cara mengatur diri sendiri (self-regulate) dan membuat keputusan cerdas.
Peraturan tertulis tidak dapat mengantisipasi perkembangan teknologi berikutnya (dulu kekhawatiran adalah gaming, sekarang media sosial). Kunci utamanya adalah bukan pada seberapa banyak kontrol yang Anda terapkan, tetapi seberapa besar kepercayaan yang Anda bangun.
Pentingnya Mendengarkan: Dengarkan pandangan anak Anda tentang teknologi, bagaimana mereka menggunakannya, dan apa kekhawatiran mereka.
Membangun Kepercayaan: Membangun komunikasi yang terbuka dan hubungan yang saling percaya sejak dini memungkinkan anak untuk membuat keputusan cerdas tentang penggunaan teknologi mereka sepanjang sisa hidup mereka.
Pesan Utama: Jika orang tua dapat mengajari anak-anak untuk membuat keputusan cerdas saat mereka remaja, itu akan membantu mereka membuat keputusan yang sama tentang penggunaan teknologi mereka di masa depan.
Posting Komentar