Jempol ke Atas (Thumbs Up): Dari Hukuman Mati Gladiator Menjadi Tanda Persetujuan Universal

 Isyarat jempol ke atas (thumbs up) hari ini diakui secara global sebagai tanda persetujuan atau bahwa "semuanya baik-baik saja". Namun, sejarah isyarat ini, yang kini telah menjadi bagian dari komunikasi digital di internet, memiliki asal-usul yang beragam dan bahkan bertentangan.

Sejarah yang Bertolak Belakang

Salah satu kesalahpahaman umum berasal dari era Romawi. Di kalangan gladiator, isyarat jempol ke atas tidak berarti persetujuan, melainkan hukuman mati. Jika gladiator harus diampuni, wasit akan menekan jempolnya ke bagian atas kepalan tangan. Jika jempol itu dijentikkan ke atas, itu adalah sinyal "kabar buruk" atau perintah untuk membunuh. Kesalahpahaman bahwa jempol ke bawah berarti kematian diperkirakan berasal dari lukisan "Pollice Verso" oleh Jean-Léon Gérôme pada tahun 1872, yang menggambarkan kerumunan Koloseum dengan jempol menunjuk ke tanah.

Makna Positif yang Berkembang

Makna positif jempol ke atas diyakini mulai menyebar melalui beberapa jalur:

  • Pemanah Inggris Abad Pertengahan: Diperkirakan isyarat ini mulai berarti "semuanya baik" atau "siap untuk berperang" di kalangan pemanah Inggris. Kepalan tangan dengan jempol ke atas digunakan untuk mengukur ketinggian penyangga busur panjang yang benar.

  • Pedagang Abad Pertengahan: Para pedagang akan menjilat ibu jari mereka dan menekannya bersama-sama untuk menyegel kesepakatan, sehingga isyarat jempol ke atas berarti "kesepakatan selesai" (done deal).

  • Pilot Perang Dunia II: Pilot pesawat tempur Sekutu menggunakan isyarat ini untuk menunjukkan "roda pengganjal lepas" (chocks away), yang berarti mereka siap untuk lepas landas. Isyarat ini kemudian disebarkan ke seluruh Eropa oleh tentara Amerika, dan di Italia isyarat ini bahkan dikenal sebagai "oke ala Amerika."

  • Tumpangan (Hitchhiking): Di seluruh dunia, isyarat ini digunakan oleh para pelancong untuk meminta tumpangan dari kendaraan yang lewat.

Catatan Peringatan Budaya

Meskipun isyarat ini bersifat universal di dunia Barat dan online, penting untuk berhati-hati saat menggunakannya. Di beberapa tempat seperti Yunani, Sardinia, dan Timur Tengah, isyarat jempol ke atas adalah penghinaan dan dapat menimbulkan masalah alih-alih membantu.

Selain itu, isyarat ini memiliki makna teknis dalam konteks tertentu:

  • Bagi penyelam scuba, isyarat jempol ke atas berarti saatnya berenang kembali ke permukaan.

  • Dalam Bahasa Isyarat Amerika (ASL), jempol ke atas yang digoyangkan berarti angka 10, sementara telapak tangan rata di bawah jempol ke atas adalah tanda untuk "tolong" (help).

Popularitas modern isyarat ini meluas pada tahun 1990-an ketika kritikus film berpengaruh AS, Siskel dan Ebert, menggunakan sistem rating jempol ke atas atau ke bawah di acara TV mereka, bahkan mematenkan frasa "dua jempol ke atas" (two thumbs up). Kini, isyarat jempol ke atas dan ke bawah telah menjadi simbol universal di internet, menjadi cara cepat dan default untuk meminta persetujuan atau sebaliknya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama