Kunci Sukses Pendidikan Global: Kenapa Negara-Negara Kecil Asia Unggul di PISA?



Kualitas pendidikan yang baik menjadi fondasi penting bagi kemakmuran, kesehatan, dan perkembangan sebuah negara. Secara global, negara-negara saling berkompetisi untuk mengukur dan meningkatkan sistem sekolah mereka melalui berbagai sistem pemeringkatan. Salah satu yang paling populer adalah PISA (Programme for International Student Assessment). Tes ini diselenggarakan oleh OECD (Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi), sebuah lembaga yang fokus pada analisis ekonomi, dan menguji kemampuan matematika, membaca, serta sains pada anak berusia 15 tahun.

Dari data yang dikumpulkan sejak tahun 2000, negara-negara di Asia Timur secara konsisten menunjukkan kinerja tertinggi, di antaranya adalah Singapura, Korea Selatan, dan Hong Kong. Selain itu, Estonia juga sering disebut sebagai negara dengan sistem pendidikan yang luar biasa, sementara Kanada juga termasuk dalam jajaran yang berprestasi. Para ahli menyoroti bahwa negara-negara berprestasi ini seringkali berfokus pada kesetaraan, memastikan semua murid mencapai standar pendidikan tertentu tanpa memandang latar belakang mereka. Menariknya, banyak di antaranya merupakan negara-negara kecil yang ambisius, yang karena minimnya sumber daya alam seperti minyak atau populasi besar, memilih untuk berinvestasi besar pada pengembangan keterampilan dan ekonomi berbasis pengetahuan sebagai strategi jangka panjang.

Di sisi lain, banyak negara kaya di Eropa, termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris, serta Amerika Serikat (AS), justru menunjukkan hasil yang cenderung biasa-biasa saja (mediocre) dalam PISA, terutama jika dibandingkan dengan sumber daya yang dimiliki. Khusus di AS, skor rata-rata yang rendah dipicu oleh kesenjangan besar antarwilayah, di mana beberapa negara bagian elite, seperti Massachusetts, memiliki hasil sekelas negara-negara top, sementara negara bagian lain tertinggal jauh. Meskipun fokus PISA yang utama pada akademis telah membuktikan pendidikan sebagai pendorong ekonomi yang masif, para ahli juga sepakat bahwa kualitas pendidikan yang baik adalah hal yang lebih luas, mencakup pengembangan keterampilan lunak (soft skills) dan kesejahteraan anak, di mana OECD kini mulai mencoba memasukkan unsur-unsur ini dalam penilaiannya.

Faktor kualitas guru terbukti sangat penting, di mana guru yang sangat baik dapat memberikan tambahan hasil belajar yang signifikan bagi muridnya. Selain itu, pendanaan yang memadai adalah titik awal, tetapi bagaimana dana tersebut dibelanjakan juga krusial untuk memastikan anak-anak mendapatkan dukungan yang adil. Di luar persaingan skor, krisis pendidikan global masih menjadi masalah mendasar. PBB memperkirakan lebih dari 72 juta anak tidak dapat bersekolah sama sekali karena konflik, perang (seperti di Sudan, Gaza, dan Ukraina), kemiskinan, serta hambatan lainnya. Kurangnya akses pendidikan ini adalah sebuah ketidakadilan luar biasa yang memiliki implikasi jangka panjang pada kemiskinan, kesehatan, hingga risiko terlibat dalam konflik di masa depan.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama