Mukjizat di Rak Apotek: Kisah Penemuan Obat Pribadi dan Misi Mengubah Sistem Kesehatan Global


David Fajgenbaum, seorang mantan quarterback universitas dan mahasiswa kedokteran yang mendedikasikan diri untuk menemukan obat setelah ibunya meninggal karena kanker, mendapati dirinya di ambang kematian pada usia 25 tahun. Ia didiagnosis mengidap penyakit langka yang belum pernah ia dengar: Penyakit Castleman, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang dan melumpuhkan organ vital. Setelah lima kali mengalami kekambuhan dalam tiga tahun, dan pada saat keluarganya berkumpul untuk mengucapkan selamat tinggal, David menyadari bahwa harapan saja tidak cukup; ia harus mengubah harapan itu menjadi tindakan untuk menemukan obat bagi dirinya sendiri.

Karena David tidak memiliki waktu 15 tahun dan biaya miliaran dolar untuk mengembangkan obat baru, ia fokus pada konsep penggunaan kembali obat (drug repurposing). Konsep ini berhasil karena penyakit yang berbeda, seperti kusta dan kanker mieloma multipel, ternyata dapat berbagi mekanisme biologis yang serupa sehingga dapat diobati dengan obat yang sama. David mulai meneliti darahnya sendiri di laboratorium, menemukan bahwa jalur komunikasi di sistem kekebalannya bekerja berlebihan. Ia kemudian mengidentifikasi obat transplantasi organ yang sudah berusia puluhan tahun yang mungkin dapat mematikan jalur tersebut. Setelah mengujinya pada dirinya sendiri, David yang sebelumnya nyaris meninggal lima kali, kini telah menjalani remisi selama lebih dari 11 tahun.

Berbekal kesembuhan pribadinya, David Fajgenbaum mendirikan Every Cure, sebuah organisasi nirlaba dengan misi besar untuk membuka potensi penuh dari setiap obat yang ada untuk mengobati setiap penyakit yang mungkin dapat dibantu. Meskipun manusia telah mengembangkan 4.000 obat untuk sekitar 4.000 penyakit, masih ada lebih dari 14.000 penyakit tanpa terapi yang disetujui, dan jutaan pasien dapat diselamatkan jika obat lama digunakan kembali. Masalah utamanya adalah faktor ekonomi: tidak menguntungkan bagi perusahaan farmasi untuk mengejar penggunaan baru pada obat yang sudah ada dan murah, terutama untuk penyakit langka, sehingga inisiatif ini tidak pernah dilakukan secara sistematis.

Untuk mengatasi hambatan sistemik ini, Every Cure memanfaatkan Kecerdasan Buatan (AI). AI memindai seluruh pengetahuan dunia tentang 4.000 obat dan 18.000 penyakit, menemukan miliaran potensi kecocokan yang dapat menyelamatkan dan meningkatkan kualitas hidup. AI dapat melakukan perhitungan yang mustahil dilakukan manusia, seperti mengidentifikasi Lucavorin, turunan vitamin murah, yang ternyata mampu meningkatkan kemampuan bicara pada sebagian anak autis. Berkat dukungan pendanaan, Every Cure kini sedang membangun mesin berbasis AI untuk menggunakan kembali 15 hingga 25 pengobatan baru pada tahun 2030, serta ratusan lainnya di masa depan. David menekankan bahwa solusinya sudah ada di rak apotek, dan dengan kerja sama kolektif, kita dapat memastikan bahwa tidak ada lagi pasien yang mendengar kalimat, "Kami sudah mencoba segalanya, tidak ada lagi yang bisa dilakukan."

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama