Fase Keuangan 20-an hingga 40-an: Tiga Kesalahan Fatal yang Harus Dihindari

https://www.pexels.com/id-id/foto/pasangan-tertegun-kewalahan-cangkir-kopi-6964101/

Perjalanan finansial seseorang dapat dibagi menjadi tiga fase krusial: 20-an (Surviving), 30-an (Saving), dan 40-an (Playing). Memahami transisi antar fase ini sangat penting karena rata-rata orang di usia 30-an akan menghadapi kenaikan beban hidup yang signifikan (seperti pernikahan, cicilan, dan tanggungan anak). Kesalahan yang dilakukan di usia 20-an dan 30-an dapat menghambat pencapaian kemerdekaan finansial di usia 40-an.


Tiga Fase Kunci Perjalanan Finansial

Seorang perencana keuangan membagi alokasi pendapatan menjadi tiga kategori utama: Living (kebutuhan hidup dasar), Saving (alokasi untuk tabungan/investasi), dan Playing (pengeluaran yang membuat hidup lebih nyaman).

1. Fase 20-an: Kerja-Kerja Living (Surviving)

  • Fokus: Mencari penghasilan untuk bertahan hidup (surviving).

  • Strategi: Meskipun fokus pada living, seseorang harus mulai melatih pengendalian diri agar porsi living tidak terlalu besar. Jangan prioritaskan kenyamanan berlebihan di fase ini, karena disiplin yang terbentuk akan memudahkan fase 30-an.

  • Tujuan: Membangun dasar untuk bisa mulai saving di fase berikutnya.

2. Fase 30-an: Kerja-Kerja Saving (Stabilizing)

  • Fokus: Mulai stabil dan membangun Triangle of Income (pendapatan aktif, pendapatan portofolio, dan pendapatan produktif).

  • Tantangan: Beban hidup rata-rata meningkat tajam (cicilan, dana membesarkan anak, dan potensi menjadi sandwich generation).

  • Tujuan: Mengejar target dana pensiun dan dana pendidikan anak agar di usia 40-an dapat menikmati fase playing.

3. Fase 40-an: Saving Playing (Growing)

  • Fokus: Menikmati fase playing (kenyamanan hidup) karena dana darurat dan komitmen jangka panjang lainnya sudah terpenuhi, menuju kemerdekaan finansial di usia 50-an.


Tiga Kesalahan Finansial Fatal yang Harus Dihindari

Berdasarkan pengalaman perencana keuangan, berikut adalah tiga kesalahan yang paling sering dilakukan di usia 20-an dan 30-an:

1. Membeli Kendaraan dengan Cicilan Jangka Panjang

  • Kesalahan: Membeli kendaraan (aset yang terdepresiasi) dengan cicilan di atas lima tahun.

  • Dampak: Cicilan yang tinggi pada aset terdepresiasi akan menurunkan kemampuan saving secara drastis dan menghambat tujuan finansial lainnya. Kendaraan sering dijadikan alat aktualisasi diri atau status (money status) yang memicu jebakan utang.

2. Mengisi Rumah Baru Secara Berlebihan

  • Kesalahan: Setelah mencicil atau membeli rumah, langsung mengisi atau merenovasi secara gila-gilaan.

  • Dampak: Hal ini sering memicu kredit renovasi yang tidak perlu. Seseorang harusnya memahami gaya hidupnya terlebih dahulu (apakah lebih banyak di sofa, butuh ruang tamu luas, dll.) sebelum membeli perabotan, agar pengeluaran lebih tepat sasaran dan menghindari utang tambahan.

3. Mengabaikan Dana Pensiun Sejak Dini

  • Kesalahan: Menganggap dana pensiun (retirement) terlalu lama dan baru mulai menyisihkan di usia 30-an atau 40-an.

  • Dampak: Kebiasaan menunda ini membuat seseorang terpaksa menabung dengan porsi yang jauh lebih besar (catch up) di usia matang. Padahal, dana pensiun harus menjadi kebiasaan menyisihkan, idealnya 50% dari penghasilan jika memungkinkan, untuk mengantisipasi risiko tak terduga (plot twist) di masa tua.


Ceklis Prioritas dan Menghindari Utang Generasi

Setiap orang harus memiliki ceklis prioritas keuangan yang jelas. Urutan prioritasnya adalah:

  1. Dana Darurat (Cash Buffer): Harus selalu menjadi nomor satu dan berbentuk kas (bukan aset likuid seperti emas). Memiliki dana darurat minimal tiga kali pengeluaran bulanan membuat seseorang mampu mengambil keputusan secara logis tanpa tekanan finansial.

  2. Tempat Tinggal: Kebutuhan dasar (baik mengontrak atau mencicil) yang harus disesuaikan dengan kemampuan finansial.

  3. Dana Membesarkan Anak: Komitmen terpanjang (satu anak setara 18 tahun pembiayaan) yang harus disiapkan secara sadar.

  4. Dana Pensiun: Alokasi untuk kemerdekaan finansial di masa tua.

Risiko Financial Unmeshment: Orang tua yang melihat dana pendidikan anak sebagai investasi yang harus dibayar kembali oleh anak di masa depan akan menciptakan trauma generasi (financial unmeshment). Hal ini membuat anak tertekan, sulit mandiri, dan merasa hubungan dengan orang tua bersifat transaksional. Anak yang berbakti sejati adalah yang mampu bertanggung jawab penuh terhadap dirinya sendiri dan keluarganya, tanpa membebani orang tua.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama