Membentak anak adalah hal yang rentan terjadi ketika orang tua kehilangan kendali emosi. Namun, dalam perspektif Neuro-Parenting Skill yang diperkenalkan oleh Dr. Aisah Dahlan, membentak anak tidak hanya meninggalkan trauma emosional, tetapi juga menciptakan lem negatif yang kuat pada memori otak anak. Menerapkan pola asuh berbasis ilmu saraf menjadi kunci untuk memastikan anak tumbuh dengan karakter yang sehat.
Tiga Langkah Memperbaiki Diri Setelah Membentak Anak
Menurut ilmu saraf, memori atau peristiwa yang dialami anak direkam oleh sel saraf (neuron) di otak dan diperkuat oleh neurotransmitter (dianalogikan sebagai "lem"). Ketika anak dibentak, lem negatif (neurotransmitter stres) akan keluar dan membentuk sambungan memori yang kuat.
Jika orang tua terlanjur membentak anak, Dr. Aisah Dahlan menyarankan tiga langkah perbaikan cepat untuk menghentikan aliran "lem negatif" dan menggantinya dengan makna positif:
Segera Minta Maaf dan Istigfar: Orang tua harus segera meminta maaf kepada anak, disertai olah napas (istigfar atau tarik napas) untuk merilekskan diri. Tindakan ini secara spiritual dan neurologis akan menghentikan pancaran listrik dari neurotransmitter negatif.
Beri Makna Baru (New Wiring): Setelah tenang, jelaskan alasan mengapa bentakan itu terjadi. Misalnya: "Bunda teriak karena kaget melihat kamu lari dan takut kamu terbentur." Penjelasan ini memberikan makna baru yang positif pada memori bentakan, sehingga anak tahu bahwa bentakan itu muncul karena rasa khawatir, bukan karena kebencian.
Keseimbangan Emosi: Jangan pernah menasihati anak saat mereka sedang emosi, lapar, atau mengantuk, karena batang otak (otak reptil) sedang tegang dan nasihat tidak akan masuk. Biarkan anak melepaskan emosinya terlebih dahulu, baru kemudian berikan nasihat.
Teori Lima Baterai Kasih Sayang (Love Languages)
Penyebab utama munculnya perilaku negatif pada anak seperti tantrum, agresif, atau memukul adalah kekosongan baterai kasih sayang. Setiap anak, terutama di bawah usia 5 tahun, harus diisi kelima baterai ini setiap hari:
| Baterai | Cara Mengisi |
| 1. Pujian (Words of Affirmation) | Memuji penampilan, usaha, atau keberhasilan kecil anak. |
| 2. Sentuhan Fisik (Physical Touch) | Memeluk, mengelus, atau menggendong anak. |
| 3. Waktu Berkualitas (Quality Time) | Menemani anak bermain atau beraktivitas minimal 15-30 menit, tanpa disambi gawai. |
| 4. Pelayanan (Acts of Service) | Melayani anak, seperti menyisir, memandikan, atau menyuapi. |
| 5. Hadiah (Receiving Gifts) | Memberi hadiah kecil atau membuatkan makanan spesial (seperti bikinkan susu atau kue) sambil menyebutnya "hadiah." |
Perbedaan Komposisi: Anak di bawah 5 tahun harus diisi kelima baterai ini. Setelah usia 5 tahun, orang tua cukup fokus mengisi baterai pertama (yang paling disukai anak) setiap hari. Jika baterai utama anak terpenuhi, hormon nyaman (hormon bahagia) akan keluar terus-menerus, membuat anak menjadi patuh dan tidak perlu tantrum.
Mengelola Emosi Orang Tua dan Memutus Siklus Negatif
Peran Ibu sangat krusial karena energi emosi ibu beresonansi kuat. Seorang ibu yang tenang akan membuat ayah dan anak-anak ikut tenang. Cara mengelola emosi sederhana yang diajarkan oleh syariat dan ilmu saraf adalah mengubah posisi (dari berdiri ke duduk, atau dari duduk ke rebahan) dan olah napas (istigfar atau meditasi), karena secara ilmiah, energi negatif akan lebih mudah turun ke bumi melalui gravitasi.
Penting bagi orang tua untuk konsisten dan tidak lalai, karena anak memiliki potensi manipulasi dengan tantrum jika mereka tahu bahwa kebiasaan negatif mereka akan diakhiri dengan pemenuhan keinginan. Kunci utama dari Neuro-Parenting adalah pendampingan (bukan larangan gawai semata), karena orang tua adalah penentu utama suksesnya pola pengasuhan.
Posting Komentar