Bukan Lagi Masanya Dampingi Anak ke Lorong Toko, Ini Kunci Agar Anak Tumbuh Kompeten


Perhatian yang berlebihan terhadap anak-anak, yang didorong oleh ketakutan ekstrem akan bahaya atau kekhawatiran akademik (misalnya, tidak diterima di kampus ternama), telah menciptakan sebuah fenomena yang disebut "pengambilalihan masa kanak-kanak oleh orang dewasa" (adult takeover of childhood). Lenore Skenazy, pendiri gerakan Free Range Kids, menyoroti bahwa banyak orang tua kini menghabiskan waktu terlalu banyak bersama anak mereka, bahkan membantu melakukan hal-hal yang sebenarnya mampu dilakukan anak secara mandiri. Studi menunjukkan bahwa mayoritas orang tua anak usia 9 hingga 11 tahun (pra-remaja) tidak mengizinkan anaknya bermain di taman atau berjalan kaki ke rumah teman sendirian; bahkan 50% tidak mengizinkan anak pindah ke lorong lain di toko bahan makanan tanpa pengawasan.

Gerakan Free Range Kids didasarkan pada prinsip sederhana bahwa anak-anak lebih cerdas dan lebih aman daripada yang diperkirakan orang tua. Mereka tidak memerlukan pengawasan dan bantuan yang berlebihan. Budaya yang menakut-nakuti dan terus memberikan informasi berlebihan kepada orang tua telah mengikis kepercayaan diri mereka sendiri, tetangga, dan yang terpenting, kepercayaan pada kemampuan alami anak. Bahkan, penelitian jangka panjang menunjukkan ironi yang mendalam: anak-anak yang dibesarkan dengan keyakinan bahwa dunia adalah tempat yang jahat dan berbahaya, justru cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih buruk, penghasilan yang lebih rendah, dan kesehatan fisik serta mental yang kurang baik di masa depan.

Skenazy menekankan bahwa satu-satunya cara untuk melawan ketakutan mendalam adalah dengan pengalaman nyata. Orang tua mungkin tidak akan pernah merasa 100% siap, sehingga solusi praktisnya adalah mendorong anak melakukan sesuatu yang baru secara mandiri, meskipun kecil, seperti menjalankan tugas ke toko tanpa didampingi. Pengalaman kehidupan nyata ini, yang disebut sebagai Let Grow Experience, sangat penting karena membangun rasa percaya diri dan kompetensi anak. Bahkan ketika anak melakukan kesalahan, menyadarinya dan memperbaikinya adalah bagian tak terpisahkan dari proses belajar dan pengembangan fungsi eksekutif.

Para ahli menilai bahwa ketika orang tua terus-menerus mendampingi, mereka cenderung langsung mengintervensi, meskipun anak sedang berada dalam proses struggling yang justru merupakan saat sinapsis dan kemampuan kognitif terbangun. Anak-anak belajar paling banyak saat mereka tidak diawasi dan diberi waktu untuk bermain bebas (free play), yang merupakan hal paling padat nutrisi bagi pikiran, tubuh, dan kehidupan sosial mereka. Mengurangi pengawasan adalah bentuk kepercayaan yang membuat orang tua bisa bernapas lebih lega dan memungkinkan anak menemukan dorongan bawaan mereka untuk menjadi kompeten. Pada akhirnya, tujuan dari revolusi kepercayaan ini adalah agar anak-anak, dan juga orang tua, dapat hidup lebih tenang, mandiri, dan tidak terjebak dalam informasi yang terus-menerus menciptakan rasa cemas.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama