Pentingnya Merasa Berharga: Kenapa Pemadam Kebakaran Pun Perlu Tahu Dampak Aksinya


Merasa bahwa hidup ini memiliki arti atau 'berharga' (mattering) merupakan kebutuhan fundamental manusia yang sama pentingnya dengan makan atau minum. Kebutuhan ini didefinisikan sebagai perasaan dihargai dan memiliki kesempatan untuk memberi nilai tambah kepada dunia. Jurnalis Jennifer Wallace menekankan bahwa melakukan pekerjaan penting saja tidak cukup; setiap individu perlu tahu bahwa usahanya membawa perubahan. Hal ini dicontohkan oleh kisah pemadam kebakaran bernama Greg, yang setelah bertahun-tahun melakukan penyelamatan tanpa pernah tahu hasil akhirnya, menciptakan sistem baru agar timnya selalu mendapat kabar tentang nasib korban yang mereka tolong. Kurangnya kepastian dampak ini, menurut Greg, dapat mengikis moral dan memicu kelelahan.

Krisis 'merasa tidak berharga' ini memiliki konsekuensi yang serius dalam masyarakat. Ketika seseorang merasa tidak dihargai, ia cenderung menarik diri, yang bisa memicu perilaku merusak diri sendiri (self-harm) atau agresif, seperti amarah di jalanan hingga ekstremisme politik. Perilaku-perilaku ini adalah upaya putus asa untuk menegaskan, "Saya harus membuktikan bahwa saya penting". Di tengah era digital, di mana kecerdasan buatan (AI) berpotensi menghilangkan pekerjaan yang selama ini menjadi sumber identitas, krisis ini diperkirakan akan memburuk. Untuk mengatasi hal ini di lingkungan kerja, cara sederhana adalah dengan memastikan setiap karyawan mengetahui bagaimana kontribusi kecil mereka berdampak pada produk akhir.

Wallace menawarkan formula sederhana untuk kembali merasa berharga: identifikasi kebutuhan di sekitar atau komunitas dan gunakan kekuatan, sumber daya, atau bakat untuk memenuhinya. Contoh yang humanis ditunjukkan oleh Julie, seorang perawat purna waktu yang kehilangan tujuannya setelah sang ibu meninggal. Alih-alih terpuruk, Julie menyalurkan rasa kehilangan tersebut dengan mengumpulkan perabotan rumah tangga dari keluarga yang berduka untuk didonasikan kepada keluarga yang bangkit dari bencana atau tuna wisma. Tindakan pelayanan yang sederhana ini, kata Wallace, telah mengubah ribuan kehidupan, termasuk hidup Julie sendiri.

Bagi mereka yang merasa terlalu banyak memikul tanggung jawab (krisis 'terlalu berharga'), kunci utamanya adalah keseimbangan. Penelitian menunjukkan bahwa ketahanan (resilience) seseorang, terutama bagi perawat, berakar pada jaringan dukungan yang kuat. Oleh karena itu, Wallace menekankan bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, melainkan tindakan kemurahan hati.Dengan meminta bantuan, seseorang memberikan kesempatan kepada temannya untuk merasa dibutuhkan, dihargai, dan pada gilirannya, merasa hidupnya penting. Pada akhirnya, tindakan yang disengaja untuk mengakui dan menegaskan nilai orang lain, seperti loket "kasir lambat" di supermarket Belanda yang dibuat khusus untuk mengobrol dengan pelanggan lanjut usia, adalah perekat yang menjaga kesehatan masyaraka.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama