Bukan Sekadar Gizi, Makanan Adalah Informasi Sejarah dan Budaya di Piring Kita

https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-kentang-goreng-dan-daging-sapi-dari-dekat-yang-disajikan-di-piring-2568587/

Bagi banyak orang, jawaban atas pertanyaan "dari mana makanan berasal?" adalah supermarket. Namun, pola pikir ini adalah cerminan dari terputusnya kita dengan alam dan sejarah budaya di sekitar kita. Makanan, pada hakikatnya, adalah informasi yang ditanam, dibudidayakan, dan disajikan, yang mencerminkan kekayaan budaya dan sejarah suatu tempat.

Makanan Asing yang Sebenarnya Lokal

Kesadaran akan asal-usul makanan terwujud dalam konsep yang unik: menjadikan makanan asli (indigenous) suatu tempat sebagai sorotan utama. Restoran Oamni di Minneapolis, Amerika Serikat, misalnya, berfokus menyajikan makanan asli suku Lakota dengan menyingkirkan bahan-bahan kolonial. Bahan-bahan yang dihilangkan mencakup produk susu, terigu, gula tebu, daging sapi, babi, dan ayam. Makanan yang disajikan sering dianggap "ironisnya asing" oleh banyak orang karena pola makan Barat cenderung mengabaikan keanekaragaman hayati nabati yang melimpah di benua tersebut.

Faktanya, makanan sesungguhnya berada di sekitar kita; di taman kota, di hutan, bahkan di celah-celah beton, asalkan kita tahu apa yang harus dicari. lmuwan etnobotani mempelajari hubungan antara manusia dan tumbuhan, termasuk sifat obat dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, tanaman yarrow (Achillea millefolium) yang secara tradisional digunakan untuk mengobati luka. 

Hubungan yang Hilang: Antara Manusia dan Alam

Pendekatan budaya asli terhadap pangan menekankan hubungan, sejarah, dan rasa hormat terhadap alam. Sayangnya, pengetahuan ini sering terlepas dari konteksnya. Selama ini, banyak yang cenderung mengambil hasil panen tanpa niat atau rasa hormat yang cukup, yang berpotensi merusak kelestarian lingkungan.

Namun, makanan yang dimakan seseorang adalah lebih dari sekadar gizi; ia adalah informasi. Makanan dapat mengubah cara kita berpikir tentang sejarah, budaya, dan hubungan kita dengan alam, tumbuhan, dan orang-orang di sekitar. 

Mengambil Kembali Kendali Masa Depan

Restoran yang fokus pada pangan asli bukan hanya menjual makanan, tetapi menceritakan sebuah sejarah di atas piring. Di Amerika, minimnya restoran yang menyajikan masakan asli dan pengetahuan tentang kuliner lokal bukanlah kebetulan. Hal ini merupakan bagian dari upaya yang disengaja untuk menghapus sejarah dan budaya masyarakat asli.

Filosofi ini mengajarkan bahwa mengendalikan makanan adalah mengendalikan kekuatan untuk masa depan. Generasi mendatang perlu memiliki pilihan menu yang setara, tidak hanya pizza atau masakan Tiongkok, tetapi juga makanan asli yang kaya akan makna budaya dan kesehatan. Dengan mengadopsi pengetahuan leluhur dan menerapkannya pada realitas modern, setiap orang dapat secara sadar menciptakan masa depan yang lebih sehat dan berbudaya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama