Internet yang Rusak, Tetapi Dapat Diperbaiki: Pelajaran dari Pengalaman Viral



Internet dan media sosial telah membuka peluang yang luar biasa, mengubah kehidupan pribadi menjadi ranah publik dalam sekejap, namun di saat yang sama, platform tersebut juga menampilkan sisi gelap yang merugikan. Pengalaman menjadi viral mengajarkan bahwa arsitektur internet saat ini sudah rusak, didominasi oleh algoritma jahat yang mengutamakan keuntungan dari kebencian.

Pelajaran dari Viralitas: Kekuatan Ganda Internet

Saat berusia 16 tahun, Deja Foxx menjadi viral setelah video dirinya menanyai seorang Senator Amerika Serikat tentang haknya mengakses alat kontrasepsi tersebar luas. Kejadian ini mengubah hidupnya secara drastis dari pribadi menjadi publik, menempatkannya sejajar dengan seorang Senator dalam wacana publik. Pengalaman ini membuktikan janji internet: bahwa setiap orang memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi publik.

Namun, sisi gelapnya terlihat pada tahun 2021, ketika Foxx terbangun dan menghadapi gerombolan siber (cyber mob) yang memenuhi kotak pesan dan kolom komentar dengan ancaman pribadi dan spekulasi tentang identitasnya, yang dipicu oleh unggahan kebencian dari orang asing. Platform media sosial tidak menyediakan solusi atas kebencian yang mereka fasilitasi, dan ia harus menghadapi serangan tersebut sendirian.

Strategi Bertahan Hidup dan Arsitektur Baru

Alih-alih menunggu perusahaan teknologi raksasa menyelamatkan mereka, para remaja—terutama perempuan—menemukan strategi bertahan hidup baru dengan membangun kembali konsep persaudaraan digital (sisterhood) dan jaringan komunitas.

  1. Saling Melindungi (Digital Sisterhood): Melalui kolektif digital yang didirikannya (Jenzie Girl Gang), ia memiliki seorang teman yang, meskipun belum pernah bertemu di dunia nyata, meminta kata sandinya untuk menghapus ribuan komentar dan pesan kebencian sebelum ia sempat membacanya.

  2. Membangun Solusi: Komunitas ini tidak hanya melindungi secara mental, tetapi juga membangun modal sosial dan ekonomi, seperti berbagi ribuan kesempatan magang, pekerjaan, dan beasiswa.

  3. Arsitektur Girl Internet: Pengalaman ini melahirkan gerakan girl internet yang bertujuan membangun dunia digital baru dengan arsitektur yang lebih baik dan berlandaskan rasa hormat, kontrol, dan kepemilikan.

Contoh-contoh platform baru ini (seperti Sunroom dan DM) dibangun dengan moderasi konten yang dilakukan melalui lensa perempuan, memiliki toleransi nol terhadap pelecehan, dan menjamin anonimitas pencarian untuk menjaga privasi, terutama dalam topik sensitif seperti kesehatan perempuan.

Kekuatan internet kini tidak lagi terpusat, karena platform yang ada bersifat muda dan tidak permanen. Dengan 39% orang dewasa di bawah 30 tahun mendapatkan berita dari media sosial, ranah ini adalah alun-alun publik baru yang tidak boleh dipaksa berpartisipasi dalam model bisnis yang mendapatkan keuntungan dari kebencian.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama