Lima Grafik yang Mengubah Dunia: Dari Menyelamatkan Nyawa hingga Mengungkap Krisis Iklim

 Visualisasi data, yang kini menjadi hal lumrah di berbagai bidang, memiliki sejarah panjang dalam membentuk pemahaman dan memicu perubahan besar di dunia. Jauh sebelum era digital, para pionir telah menggunakan bentuk dan warna untuk merepresentasikan angka. Praktik ini awalnya dipandang sebelah mata lebih dari 200 tahun yang lalu oleh ekonom politik Skotlandia, William Playfair, pencipta diagram lingkaran, garis, dan batang pertama di dunia, yang membuka jalan bagi data untuk "berbicara" melalui gambar.

Penggunaan grafik sebagai alat penyelamat jiwa menjadi nyata di London pada tahun 1854, di mana ahli bedah John Snow menggunakan peta titik sederhana untuk melacak setiap kasus kolera di Soho. Peta itu menunjukkan bahwa semua kematian terpusat di sekitar pompa air Broad Street, secara fundamental mengubah pemahaman bahwa penyakit menular menyebar melalui air kotor, bukan udara. Penemuan ini segera mengarah pada penutupan pompa dan berakhirnya wabah. Di waktu yang hampir bersamaan, Florence Nightingale menggunakan diagram coxcomb yang cerdik selama Perang Krimea untuk meyakinkan pemerintah Inggris. Grafik tersebut secara efektif memperlihatkan bahwa kondisi rumah sakit yang tidak higienis membunuh lebih banyak tentara daripada medan perang, yang pada akhirnya membawa perbaikan sanitasi menyeluruh dan mengubah wajah layanan kesehatan modern.

Visualisasi juga terbukti sebagai senjata kuat untuk perjuangan sosial. Sejarawan dan aktivis hak-hak sipil Amerika, W.E.B. Du Bois, menciptakan serangkaian grafik indah yang dilukis tangan untuk Pameran Dunia Paris tahun 1900. Grafik tersebut memamerkan pencapaian pendidikan, sosial, dan bisnis orang-orang kulit hitam Amerika pasca-penghapusan perbudakan, sekaligus mengilustrasikan diskriminasi yang masih mereka hadapi. Du Bois berharap visualisasi ini dapat membantu mengakhiri prasangka rasial dan kini diakui sebagai penggunaan data yang sangat kuat untuk mendemonstrasikan perubahan sosial.

Di sisi lain, kekuatan grafik juga dapat disalahgunakan, seperti yang ditunjukkan oleh Henry Goddard, seorang psikolog eugenika Amerika. Ia menyusun pohon keluarga Kalakak yang fiktif, yang digunakan untuk mempromosikan pandangan bahwa "keterbelakangan mental" bersifat turun-temurun. Meskipun fiktif, kisah ini digunakan dalam buku teks sekolah hingga tahun 1950-an dan diadopsi oleh gerakan eugenika dan bahkan Nazi dalam propaganda untuk mendukung undang-undang kemurnian ras. Contoh ini menunjukkan bahaya visualisasi data ketika digunakan untuk menyebarkan informasi yang salah dengan konsekuensi yang menghancurkan.

Contoh modern yang menjadi ikon adalah Warming Stripes karya ilmuwan Ed Hawkins yang dibuat pada tahun 2018. Dirancang untuk audiens non-ilmiah, grafik ini dengan cerdas menggunakan warna—biru untuk tahun-tahun yang lebih dingin dari rata-rata dan merah untuk tahun-tahun yang lebih panas—tanpa kata-kata atau judul, untuk menunjukkan peningkatan suhu rata-rata global sejak tahun 1850. Kesederhanaannya yang mencolok menjadikannya salah satu grafik paling ikonik di zaman modern, yang secara efektif mengomunikasikan laju perubahan iklim Bumi yang cepat kepada masyarakat luas.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama