Melihat Masa Depan yang Datang: Mengatasi Kata-kata "Tak Terbayangkan" dengan Imajinasi Kritis



 Kata-kata "tak terbayangkan" (unimaginable) dan "tak terpikirkan" (unthinkable) adalah dua kata paling berbahaya dalam bahasa, karena mengindikasikan ketidaksiapan dan kebutaan kita terhadap bagaimana masa depan akan terungkap. Jane McGonigal, seorang futuris dari Institute for the Future, mengajak masyarakat untuk membangun keterampilan kepemimpinan imajinasi dengan secara aktif mensimulasikan skenario masa depan yang sulit dibayangkan, yang bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dan kemampuan kita dalam mengambil tindakan.

Membangun Kesiapan Melalui Skenario Hipotetis

McGonigal menggunakan permainan "bagaimana jika" untuk mendorong pemikiran yang kreatif dan berani tentang kemungkinan masa depan, khususnya yang berkaitan dengan krisis iklim. Skenario yang diajukan termasuk:

  • Pilihan Rekayasa Geo (Sun Exit) di tahun 2033: Seluruh dunia diminta memberikan suara untuk memilih rencana 10 tahun manajemen radiasi matahari agresif, yang berpotensi menyebabkan musim dingin selama 10 tahun untuk mengatasi prediksi iklim terburuk. Pilihan ini membawa risiko dan konsekuensi tak terduga.

  • Masyarakat Nihil Sampah Otoriter (Zero-Waste) di tahun 2029: Pemerintah federal secara drastis memberlakukan aturan nihil sampah, di mana membuang apa pun menjadi ilegal. Perubahan ini melahirkan emosi positif baru yang disebut Zero-phoria—gabungan kegembiraan, kebanggaan, dan akal-akalan karena tidak menyia-nyiakan apa pun.

  • Partai Selamat Datang dan Migrasi Iklim di tahun 2031: Negara-negara berlomba-lomba menarik imigran akibat tingkat kesuburan yang rendah dan migrasi iklim yang masif. Pemerintah membangun kota-kota penyambut yang tangguh terhadap iklim (climate resilient welcome cities) dan membayar orang untuk pindah.

Tiga Pilar Imajinasi Masa Depan

Tujuan dari simulasi ini adalah untuk meningkatkan skor imajinasi publik pada tiga ukuran utama:

  1. Fleksibilitas Mental: Seberapa masuk akal (plausible) skenario masa depan tersebut.

  2. Harapan Realistis: Seberapa khawatir atau bersemangat seseorang untuk bangun di masa depan tersebut, yang mendorong kita untuk mengantisipasi risiko sekaligus peluang positif.

  3. Kekuatan Masa Depan: Seberapa siap seseorang untuk membantu diri sendiri dan orang lain jika masa depan tersebut benar-benar terjadi.

McGonigal menekankan bahwa skor Kekuatan Masa Depan adalah yang paling meningkat setelah orang membayangkan diri mereka mengambil tindakan di dunia hipotetis. Ini menunjukkan bahwa membayangkan tindakan adalah kunci untuk meningkatkan rasa kesiapan.

Sebagai kesimpulan, McGonigal mengajak setiap orang untuk tidak lagi mendeskripsikan kemungkinan sebagai hal yang "tak terpikirkan" atau "tak terbayangkan," melainkan untuk mulai bermain dengan kemungkinan tersebut. Dengan membangun imajinasi yang lebih kuat, kita dapat menjadi masyarakat yang mampu menghadapi dan memecahkan tantangan yang sebelumnya dianggap mustahil secara bersama-sama.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama