Menghadapi Kematian: Pelajaran dari Tradisi Bangsa Irlandia yang Memeluk Duka Bersama

 Bagi banyak orang, tradisi "Irish Wake" atau malam berjaga di Irlandia mungkin disalahpahami sebagai sekadar pertemuan untuk minum di sekitar peti mati. Padahal, ritual ini adalah mekanisme budaya yang sangat mendalam dan kuno yang mengajarkan cara menghadapi kematian secara terbuka dan komunal. Di masa lalu, orang-orang, bahkan yang bukan dari kalangan medis, terbiasa melihat dan menyentuh jenazah, membuat kematian menjadi pengalaman yang dinormalisasi dalam komunitas.

Ketika ayah dari pencerita di video ini didiagnosis menderita kanker pankreas, penyakit yang hampir tidak pernah pulih, ia menghadapinya dengan tabah. Reaksi yang lebih penting adalah respons dari komunitas. Mereka segera menerima takdir tersebut dan berkumpul. Rumah itu dipenuhi pengunjung, menciptakan suasana seperti perayaan pernikahan, bukan kesedihan.

Pada saat-saat terakhir menjelang kematian, proses pendampingan yang intens terjadi. Belasan orang, termasuk kerabat dan pelayat, berkumpul di kaki tempat tidur. Seorang "Imraw Kinsha" (wanita penangis kepala) memimpin doa Katolik yang familiar. Paduan suara doa tersebut berulang kali diucapkan dengan volume yang semakin keras, menciptakan suasana yang terasa seperti lagu pengantar tidur yang "menggendong" jiwa ke alam baka. Peristiwa kematian ini diubah dari prosedur medis di rumah sakit menjadi hak kesukuan yang dianut bersama, sebuah cara agar orang dapat berbagi pengalaman kematian dan menormalkannya di dalam komunitas.

Setelah meninggal, jenazah ditempatkan di peti mati di ruang tamu depan, memulai malam berjaga ala Irlandia sejati. Para wanita keening mengambil kendali panggung emosional. Tangisan mereka menciptakan gelombang emosi yang merambat melalui ruangan, sebuah proses untuk menguras duka dan membantu keluarga yang berduka beranjak menuju tahap penerimaan. Selama malam berjaga ini, rumah tetap ramai. Anak-anak kecil bermain di kaki peti mati sementara tamu-tamu berbincang dan menikmati hidangan.

Puncak dari proses komunal ini terlihat saat pemakaman. Ratusan orang datang untuk memberikan penghormatan, dan mereka memiliki kewajiban moral untuk menjabat tangan setiap anggota keluarga inti yang berduka. Jabat tangan yang diiringi ucapan klise "maaf atas kesulitan Anda" ini, adalah cara untuk melawan penolakan terhadap kematian (death denial). Tekanan fisik dan ucapan berulang kali memaksa keluarga yang ditinggalkan untuk menerima kenyataan bahwa "mereka sudah meninggal."

Pengalaman ini mengajarkan bahwa cara terbaik untuk menghadapi kematian bukanlah dengan menciptakan ritual baru atau menyerahkannya kepada konselor duka dan profesional medis. Sebaliknya, hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah kembali pada apa yang selalu dilakukan manusia: berkumpul bersama sebagai sesama makhluk fana untuk menjembatani momen duka dan kehilangan secara kolektif.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama