Menghadapi Musim Dingin Kehidupan: Bagaimana Menerima Masa Sulit dengan Empati, Perspektif Katherine May


Penulis buku "Wintering" dan "Enchantment," Katherine May, mengajak kita untuk mengubah cara pandang terhadap masa-masa sulit atau "musim dingin" dalam hidup. Dalam perbincangan mendalam, ia menyoroti masalah besar dalam masyarakat modern: keyakinan bahwa kita dapat menghindari masa-masa kelam, yang membuat kita menyalahkan diri sendiri dan menyembunyikan penderitaan ketika hal itu terjadi. Menurut May, kegagalan dalam hidup bukanlah ketika kita "bermusim dingin," melainkan kegagalan untuk menerima bahwa masa sulit adalah hal yang normal dan tak terhindarkan.

Konsep wintering merujuk pada metafora musim dingin dalam hidup, di mana seseorang merasa terisolasi, sakit, atau menghadapi bencana. May menekankan bahwa meskipun kita mungkin tidak pernah memilih untuk wintering, kita dapat memilih bagaimana menghadapinya. Kunci untuk ini adalah "penerimaan radikal" (radical acceptance), yaitu menerima bahwa kesulitan adalah perubahan yang diperlukan. Ini memungkinkan kita untuk menjadi lebih sadar dan berhenti melawan rasa sakit, yang seringkali menjadi sumber penderitaan yang lebih besar.

Dalam menghadapi masa sulit, frasa klise seperti "setiap musibah pasti ada hikmahnya" (every cloud has a silver lining) justru bisa memicu kemarahan. Ketika seseorang berbagi kengerian yang ia alami, yang dibutuhkan hanyalah empati, seperti kalimat, "Ya Tuhan, itu mengerikan. Saya turut berduka." Alih-alih melompat pada optimisme palsu, kita perlu mengembangkan ruang yang aman untuk mengakui bahwa rasa takut dan ketidakpastian adalah nyata.

Pentingnya Meminta Bantuan dan Menemukan Enchantment

May juga membahas kesulitan dalam menerima bantuan, karena sering kali hal itu dianggap sebagai kelemahan. Namun, ia menyarankan agar kita mulai berlatih mengatakan yang sebenarnya kepada orang-orang terdekat, seperti, "Keadaan hari ini sangat sulit," daripada langsung menjawab "baik-baik saja." Mengizinkan orang lain membantu adalah tindakan kemurahan hati, karena banyak orang ingin menolong. Ia juga memberikan contoh praktis, seperti meminta bantuan mencuci piring atau menemani anak, yang lebih mudah dilakukan daripada merespons tawaran bantuan yang terlalu umum.

Setelah melewati masa wintering, tantangan berikutnya adalah bagaimana cara muncul dari kegelapan tanpa kehilangan wawasan yang didapatkan. May menyebut proses ini sebagai enchantment, yaitu kemampuan untuk membangun kembali koneksi dengan dunia. Ia menyarankan dua bentuk enchantment yang sederhana dan bersifat lokal:

  1. Menghubungi Bumi (Earth): Salah satu cara termudah adalah melepaskan alas kaki dan menyentuh tanah secara langsung. Sensitivitas telapak kaki dapat menghubungkan kita kembali dengan planet yang mendukung kita.

  2. Menghubungi Air (Water): Pengalaman bersentuhan dengan air selalu membawa transformasi, entah itu mandi, berendam, atau berenang di air dingin. Air mengajarkan tentang fluiditas dan membantu kita memproses perubahan.

Selain itu, selera humor yang gelap (gallows humor) juga menjadi alat penting untuk bertahan. May percaya bahwa hal-hal paling serius dalam hidup seringkali menjadi yang paling lucu. Humor adalah mekanisme manusia yang luar biasa untuk mengatasi kesulitan, melepaskan ketegangan, dan menyuarakan hal-hal yang jika tidak, akan sulit diungkapkan.

Pada akhirnya, kehidupan nyata jarang mengikuti narasi heroik dengan kemenangan yang sederhana. Sebagaimana yang disampaikan oleh seorang terapis kepada temannya, "Anda tidak pernah benar-benar meninggalkan hutan, Anda hanya pergi ke bagian hutan yang lebih baik atau kurang baik." May menyimpulkan bahwa penderitaan kita muncul dari perjuangan kita melawan kebenaran mendasar bahwa hidup pada dasarnya tidak dapat dikendalikan dan penuh dengan perubahan yang tidak terduga.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama