Pelajaran dari Masa Lalu: Nate DiMeo Menemukan Keajaiban dan Empati dalam Sejarah


 

Nate DiMeo, pembuat dan pembawa acara siniar populer The Memory Palace serta penulis buku dengan judul yang sama, membagikan pandangannya tentang bagaimana seseorang dapat terlibat secara mendalam dengan kisah-kisah masa lalu. DiMeo menekankan bahwa sejarah seharusnya tidak hanya tentang tanggal dan fakta, tetapi juga tentang narasi, emosi, dan keajaiban yang menghubungkan kita dengan orang-orang yang telah tiada.


Mencari Keajaiban dalam Logika

Bagi DiMeo, daya tarik masa lalu terletak pada memori dan imajinasi. Ia melihat kisah-kisah masa lalu hidup dalam benak kita, sama seperti mimpi. Ia berusaha mencari momen "keajaiban" yang tidak ditemukan melalui pencarian fakta yang mudah, melainkan melalui detail yang "melompat keluar" dari kekacauan informasi.

Keajaiban didefinisikan sebagai sesuatu yang membuat kita tersadar dan hadir sepenuhnya (snaps you into presence). Momen ini adalah ketika sebuah kisah sejarah beresonansi kuat dengan pengalaman pribadi atau emosi kita saat ini, seperti menyadari sesuatu tentang ayah melalui kisah Dwight Eisenhower. Tujuannya adalah menemukan hal-hal yang menggerakkannya secara emosional, lalu membagikan pengalaman koneksi ini, di mana kita benar-benar memahami bahwa orang-orang di masa lalu adalah manusia sejati.


Peran Detail dalam Narasi

Proses kreatif DiMeo melibatkan pengumpulan detail-detail aneh—seperti gajah pertama yang tiba di Amerika Serikat pada awal 1800-an. Ia menyimpan detail-detail ini dalam daftar panjang, menunggu saat di mana sebuah fakta memberinya kesempatan untuk mengartikulasikan sesuatu tentang masa kini. Misalnya, kisah gajah itu bisa menjadi pintu masuk untuk mengeksplorasi tema tentang kebaruan yang memudar (novelty wears off), yaitu bagaimana sesuatu yang awalnya menakjubkan lama kelamaan menjadi hal biasa.

DiMeo juga tertarik pada kehidupan di luar sorotan, seperti apa yang terjadi pada astronot Scott Carpenter setelah ia terkenal. Ia ingin tahu bagaimana rasanya hidup dengan pengetahuan bahwa ia pernah berjalan di bulan, tetapi kini hanyalah "seorang biasa." DiMeo menganggap dirinya menulis cerita-cerita ini karena ia secara pribadi mencoba mencari tahu makna di balik identitas dan audiensnya.


Mengembangkan Rasa Ingin Tahu

DiMeo menekankan bahwa masa kini adalah bagian dari sejarah dan bahwa hidup kita bergantung pada teknologi, moral budaya, dan keadaan historis lainnya. Mengingat hal ini, ia menemukan manfaat untuk melihat bahwa waktu itu singkat, tetapi juga untuk mengaktifkan "mesin empati" dan menempatkan diri pada posisi orang lain.

Ia mendorong setiap orang untuk mengembangkan otot keingintahuan dengan cara yang sama. Ini dimulai dengan memperhatikan apa yang kita perhatikan. Ia menyarankan untuk mengamati pola atau tema apa yang terus berulang dalam minat dan perhatian kita, karena hal-hal itulah yang benar-benar mendefinisikan karakter kita.

Ia juga mengkritik pemikiran algoritmik di media sosial yang hanya menyajikan "titik plot" yang sudah teruji, karena hal ini dapat membuat kita melewatkan "lagu-lagu di antaranya"—hal-hal tak terduga yang mungkin jauh lebih berarti secara pribadi. Jika The Memory Palace beroperasi secara algoritmik, kata DiMeo, ia tidak akan pernah menemukan kisah Florence Chadwick, perenang yang menjadi terkenal bukan sebagai yang pertama menyeberangi Selat Inggris, melainkan sebagai seorang yang terus berupaya mencapai makna dan keindahan dalam hidupnya dari satu tantangan ke tantangan berikutnya.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama