Bradley Tusk, seorang veteran pemerintahan dan politik Amerika Serikat, menyoroti masalah mendasar dalam demokrasi modern, yaitu rendahnya partisipasi pemilih, dan menawarkan solusi radikal: pemungutan suara melalui ponsel (mobile voting). Menurutnya, meskipun masyarakat menggunakan ponsel untuk segala hal, mulai dari perbankan hingga mencari hiburan, mereka tidak dapat menggunakannya untuk memilih. Situasi ini memungkinkan politisi membuat keputusan yang didasarkan hampir secara eksklusif pada upaya memenangkan pemilihan berikutnya, bukan pada apa yang terbaik bagi konstituen.
Tusk menjelaskan bahwa angka partisipasi pemilih yang sangat rendah, terutama dalam pemilihan pendahuluan partai (seperti hanya 7,2% pada pemilihan dewan kota di New York), memberikan kekuatan luar biasa kepada kelompok ekstrem (kiri atau kanan) dan kepentingan khusus. Mereka yang benar-benar mewakili suara mayoritas moderat di tengah, yang memiliki pandangan seimbang pada isu-isu seperti pengendalian senjata, diabaikan karena mereka tidak memberikan suara di pemilihan kunci tersebut. Hasilnya adalah pemerintahan yang penuh disfungsi dan polarisasi yang parah.
Melihat pengalaman suksesnya melobi di seluruh AS untuk melegalkan Uber—yang dilakukan dengan memobilisasi jutaan pengguna melalui aplikasi ponsel untuk menghubungi pejabat terpilih—Tusk menyimpulkan bahwa orang akan berpartisipasi dalam politik jika prosesnya dibuat semudah menekan tombol di ponsel. Atas dasar ini, ia mendirikan Mobile Voting Project pada tahun 2017. Proyek ini awalnya berkolaborasi dengan tujuh negara bagian untuk memungkinkan pemilih yang ditugaskan di militer dan penyandang disabilitas mencoblos melalui ponsel. Hasilnya sangat menjanjikan; di Seattle, partisipasi pemilih meningkat tiga kali lipat dalam dua tahun berturut-turut.
Tusk saat ini sedang mengembangkan teknologi pemungutan suara seluler yang aman, gratis, dan bersifat sumber terbuka (open source) untuk digunakan oleh pemerintah mana pun di dunia. Sistem ini merupakan metode tambahan, bukan pengganti, dari pemungutan suara tradisional (surat atau langsung). Prosesnya melibatkan otentikasi multi-faktor, pemindaian wajah yang dicocokkan dengan ID, enkripsi, anonimitas, dan kode pelacakan balasan. Setelah diverifikasi secara offline (air-gapped), salinan surat suara fisik akan dicetak dan dicampur dengan surat suara lain, memastikan transparansi dan keamanan.
Tantangan terbesar, menurut Tusk, bukanlah teknis, melainkan politis. Mereka yang berkuasa enggan mempermudah orang lain mendapatkan kekuasaan. Oleh karena itu, ia menyerukan masyarakat luas untuk menuntut hak menggunakan ponsel mereka untuk memilih. Dengan mobile voting, ia percaya kita dapat menarik kembali rakyat biasa ke dalam proses politik, mengurangi kekuatan ekstrem, mengakhiri disfungsi, dan memberikan keberanian kepada politisi untuk akhirnya "melakukan hal yang benar." Tusk meyakini bahwa perubahan ini dapat dilakukan dalam dekade berikutnya, membawa demokrasi ke era yang lebih mudah diakses dan lebih aman.
Posting Komentar