Upaya untuk memahami seberapa besar alam semesta merupakan tantangan yang terus digeluti para astrofisikawan. Untuk memvisualisasikannya, kita dapat melakukan perjalanan imajiner yang terinspirasi dari film klasik Powers of Ten (1977), memulai dari sehelai tikar piknik di Pulau Sisilia, Italia, dan bergerak keluar dengan kelipatan sepuluh setiap sepuluh detik.
Perjalanan dimulai dari skala satu meter, yang dengan cepat berkembang secara eksponensial. Setelah melampaui batas pandang aktivitas manusia di Bumi, kita tiba di skala negara (satu juta meter) dan segera melihat planet kita sebagai satu kesatuan. Pada jarak sepuluh juta meter, kita berada di luar atmosfer, dilindungi oleh magnetosfer tak terlihat. Pada jarak seratus juta meter, Bumi telah menjadi titik biru pucat. Jarak ini adalah waktu yang dibutuhkan cahaya untuk menjangkut orbit Bulan.
Saat akselerasi terus berlanjut, bintang-bintang tampak tidak bergerak saking jauhnya. Kita melewati orbit planet-planet di Tata Surya, dari Merkurius hingga raksasa gas, dan akhirnya orbit Pluto di Sabuk Kuiper pada skala sepuluh triliun meter. Batasan ini telah dilewati oleh pesawat antariksa Voyager 1 dan Voyager 2 pada tahun 2012 dan 2018. Melangkah ke luar tata surya, kita memasuki ruang antarbintang. Satu tahun cahaya—jarak yang ditempuh cahaya dalam satu tahun, atau sepuluh kuadriliun meter—menjadi satuan baru, memperlihatkan tetangga terdekat kita, Alpha Centauri.
Melalui data yang dikumpulkan oleh pesawat ruang angkasa Gaia, pandangan kita meluas untuk mencakup galaksi kita, Bima Sakti. Galaksi spiral datar ini berisi antara 100 hingga 400 miliar bintang yang berputar mengelilingi lubang hitam supermasif di pusatnya, Sagitarius A*, yang memiliki massa 4,2 juta kali lipat dari Matahari kita. Jauh dari Bima Sakti, kita mulai melihat gugusan galaksi yang lebih besar, seperti Awan Magellan dan Grup Lokal galaksi. Pada skala yang lebih besar, gugusan-gugusan galaksi ini tersusun sepanjang filamen-filamen raksasa, seperti Supergugus Virgo.
Pada jarak yang terus bertambah hingga sepuluh kuadriliun meter (10²⁶ meter), batas pandangan kita beralih ke gelombang mikro. Di sinilah kita menjumpai batas akhir visi kita saat ini, yaitu Radiasi Latar Belakang Gelombang Mikro Kosmik (Cosmic Microwave Background/CMB). Cahaya kuno ini membentuk semacam "dinding" di sekitar kita, yang memperlihatkan perbedaan suhu yang sangat kecil, mengungkap di mana materi mulai menggumpal untuk membentuk galaksi pertama tak lama setelah Dentuman Besar. Cahaya ini dipancarkan sekitar 380.000 tahun setelah Dentuman Besar, sebelum waktu itu alam semesta masih sangat panas dan tidak transparan terhadap cahaya.
Pada skala sepuluh noniliun meter (10²⁷ meter) dan seterusnya, sifat alam semesta menjadi sepenuhnya tak terpetakan dan masih diperdebatkan. Pertanyaan besar yang tersisa adalah, apakah ada lebih banyak alam semesta di luar sana yang belum terungkap, atau apakah wilayah ini masih mengembang, menciptakan lebih banyak alam semesta—bahkan mungkin alam semesta dengan sifat fisik yang berbeda dari milik kita. Perjalanan ini menunjukkan betapa kecilnya kita, dari tikar piknik di Sisilia hingga batas pemahaman kosmik kita.
Posting Komentar